BAB I
PENDAHULUAN
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang  mempunyai suatu paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat  komponen yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan dan perawat itu  sendiri.  Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan  kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita  sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati.  Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang  dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan  menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk  memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan  interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih  sayang.
       Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring  adalah fokus pemersatu untuk praktek keperawatan. Perilaku caring  juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan  meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Caring  mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung  jawab, dan dilakukan dengan ikhlas. Caring juga  merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya  memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan  bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan (Caring) secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan  emosional atau tingkah laku sederhana, karena caring merupakan  kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring  bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan  nilai kultur setiap orang yg berbeda pada satu tempat, maka kinerja  perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam  mempengaruhi  kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah  sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi  pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu  pelayanan.
Dewasa ini perhatian perawat sudah beralih dari  pendekatan yang berorientasi medis kepada pendekatan yang memusatkan  perhatian pada pasien. Peran perawat tidak hanya berpusat pada fungsi  fisik namun meluas pada aspek psikis pasien. Perawatan yang efektif  dapat dicapai bila perawat menaruh minat terhadap pasien tanpa  membedakan status sosial ekonominya.
BAB II
PEMBAHASAN
Keperawatan Terhadap Orang  Sakit
2.1        Perawatan Secara Psikologis
2.1.1  Sikap  Peduli (Caring)    
Dalam  merawat orang sakit tidak hanya obat-obatan yang perlu diperhatikan  melainkan juga emosional dan fisik. Oleh karena  itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan yang menunjukan sikap  peduli dan membantu agar si sakit merasa aman dan nyaman antara lain :
1.      Mempersiapkan dan memberikan (makanan, minuman)
2.      Menjaga kesehatan; membantu menjaga kebersihan si sakit  (mengantikan baju, merapikan rambut, mengantar ke kamar mandi)
3.      Memberi pertolongan pertama sesuai keluhan si sakit
4.      Mencegah luka; menganti posisi tidur tiap beberapa jam agar  si sakit tidak menimbukan lecet (bila si sakit sulit bergerak)
5.      Membuat catatan harian
6.      Menghubungi petugas kesehatan
7.      Mengenal tanda-tanda bahaya
Selain itu merapikan tempat tidur; rasa nyaman si sakit  terlihat dari tempat tidurnya, jika rapih maka si sakit akan merasa  nyaman, jika berantakan maka dapat menimbulkan penyakit baru, tumbuh  jamur atau tempat tidur jadi bau. Alat-alat dalam  tempat tidur; selimut, seprei, bantal, seprei kecil, perlak, sarung  bantal.
2.1.2 Sikap Empati Perawat
Tidak jarang anda mendengar baik itu dari surat kabar maupun  kerabat anda, “Di Rumah Sakit A, perawatnya ramah-ramah, jadi sewaktu  dulu aku sakit, belum minum obat aja rasanya sakitnya tinggal separuh”  atau “Ketika aku dulu dirawat di Rumah Sakit B, perawatnya galak dan  judes, rasanya penyakitku justru tambah parah saja” atau juga “Lebih  baik aku berobat ke Rumah Sakit X yang sedikit lebih mahal tetapi  perawatnya murah senyum daripada ke Rumah Sakit Y yang lebih murah  tetapi perawatnya menderita ‘sakit gigi’ (sulit untuk senyum)”. Tidak  dipungkiri fenomena tersebut tentunya akan sangat berpengaruh terhadap  citra rumah sakit itu sendiri di mata masyarakat.
Frekuensi interaksi perawat dengan  pasien tergolong paling sering dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang  lainnya, maka keberadaan perawat di rumah sakit sangat penting pula  dalam memegang peranan atas kelangsungan kondisi pasien. Seorang perawat dengan empatinya akan  membantu pasien. Perawat  berkeharusan bersikap baik dan santun kepada seluruh pasien, baik itu  bayi yang baru lahir sampai orang lanjut usia sekalipun. Sikap ini  didasarkan pada pemikiran, pilihan sikap yang benar dan tepat dalam  segala situasi, yaitu tempat dan waktu. Perawatan yang efektif mencakup  pemberian perhatian kepada kebutuhan emosi sang pasien. Sikap perawat  kepada pasien disesuaikan dengan usia pasien. Hal ini menguatkan bahwa  kemampuan untuk dapat berempati sangat diperlukan sekali oleh perawat  agar perawatan lebih efektif.
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai  dengan apa yang dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati  memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu seseorang dalam bersosial,  berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan masyarakat.
Florence Nightiangel, tokoh dunia yang  mengubah persepsi dunia bahwa perawat itu merupakan pekerjaan yang  sangat mulia dan terhormat. Sebagai perawat dibutuhkan kemampuan khusus  yang tidak semua orang memilikinya, yaitu kemampuan empati. Perawat yang  memiliki empati diharapkan memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan  untuk melakukan aksi komunikasi secara sadar kepada pasien sehingga  dapat memahami dan merasakan suasana hati pasien tersebut. Perilaku yang  muncul dari tiap perawat terhadap pasien berbeda-beda, hal ini terkait  dengan kemampuan empati perawat itu sendiri, adapun yang mempengaruhi  kemampuan empati, yaitu: pikiran yang optimis, tingkat pendidikan,  keadaan psikis, pengalaman, usia, jenis kelamin, latar belakang sosial  budaya, status sosial, dan beban hidup. Faktor-faktor tersebut diperlukan untuk  menunjang perawat dalam meningkatkan kemampuan empati.
Kemampuan empati terkadang memang  tidak dapat langsung muncul dari diri seorang perawat begitu saja, ada  beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati, yaitu:
1.   Peduli,  perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi dapat  terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman karena diperhatikan.
2. Berguru,  dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki  kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog,  maupun dokter di rumah sakit perawat tersebut mengabdi.
3.    Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka  akan kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin  berlatih mengasah kemampuan empatinya.
4. Berbagi  pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan  melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi  pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan perawat akan  lebih tangguh dan hebat.
Dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan  empatinya agar dapat lebih mengerti, memahami, dan menghayati tidak  hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis pasien karena pada  dasarnya pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya dengan  tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi  fisik seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan mempengaruhi  kondisi psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil emosinya. Tenaga  kesehatan khususnya perawat harus peka dengan keadaan seperti ini,  perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi  psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien  dapat sembuh lebih cepat.
Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan untuk  menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang perawat  dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga  kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi  satu sama lain
Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang perawat harus  mampu bersosialisasi. Kebanyakan perawat memiliki sifat extovert  (terbuka), maka akan lebih mudah dalam menangani pasien, karena pasien  merasa nyaman dengan keberadaannya.
Kemampuan empati perawat hendaknya  disertai juga keramahan kepada keluarga atau kerabat pengantar atau  penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap pengunjung rumah sakit,  karena sesungguhnya citra rumah sakit ditentukan oleh sikap yang  diperlihatkan sumber daya tenaga kesehatan terutama perawat sebagai  ujung tombak rumah sakit. Semoga dengan meningkatnya kualitas tenaga  kesehatan terutama perawat di Indonesia ini maka diharapkan akan  meningkatkan pula kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga. Ingat bahwa  obat yang paling manjur dalam menangani orang sakit adalah perhatian  kepada orang sakit.
2.2    Perawatan Secara Fisik
Membuat  catatan riwayat penderita, catatan ini diupayakan dapat mengetahui  perkembangan penderita berdasarkan perawatan yang telah dilakukan, dalam  catatan ini harus singkat dan jelas, sedangkan isi dari catatannya  adalah sebagai berikut :
-      Nama, umur, berat badan
-      Tanggal, jam, suhu, nadi
-      Makanan, minuman
-     Obat yang diberikan dan  perawatan
-     Bab dan bak
-     Kondisi dan gejala yang mungkin terjadi
 Mencatat gejala dan tanda  yang timbul pada si sakit
Gejala:
-     Demam
-      Nyeri
-     Mual, muntah
-     Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali, warna  dan bau tidak seperti biasa
-      Pusing perasaan mau pingsan
-      Sesak nafas
-     Rasa haus dan lapar  berlebihan
-     Rasa aneh pada mulut
Tanda:
-     Perubahan status mental (tidak sadar dan bingung)
-     Nadi cepat/lambat/tidak teratur/lemah/sangat kuat
-     Pernapasan tidak teratur
-     Perubahan terhadap kulit seperti; suhu, kelembaban,  keringat berlebihan, kulit kering, kulit pucat, kulit merah atau  kebiruan
-     Perubahan tekanan darah
-     Pupil mata sangat lebar atau sangat kecil
-     Bau khas dari mulut atau hidung
-     Terjadingan kejang atau kelumpuhan
-     Mual, muntah, diare
Seseorang yang mengalami kasus medis dikenal juga  dengan kedaruratan medis dapat mengalami cedera sebagai gangguan fungsi  tubuh, misalnya hilangnya kesadaran lalu terjatuh dan mengalami luka.  Penyebabnya antara lain infeksi, racun, kegagalan satu atau lebih sistem  tubuh. Penanganan penderita yang paling penting  adalah menjaga jalan nafas dan menjaga tanda vital penderita saat  teratur lalu segera merujuk penderita.
Sebelum merawat orang sakit kita harus memastikan kebersihan  dan keamanan diri sendiri yakni mencuci tangan, lepaskan perhiasan,  basahi tangan sampai siku serta di sela-sela jari, gunakan air dari kran  atau bisa menggunakan gayung, gunakan sabun, bilas sampai bersih,  keringkan dengan handuk sampai kering. Memakai celemek; bertujuan untuk  melindungi PK (Perawatan Keluarga) dari kotoran dan penularan. 
 BAB III
PENUTUP
 3.1        Kesimpulan
Dewasa ini  perhatian perawat sudah beralih dari pendekatan yang berorientasi medis  kepada pendekatan yang memusatkan perhatian pada pasien. Peran perawat  tidak hanya berpusat pada fungsi fisik namun meluas pada aspek psikis  pasien. Perawatan yang efektif dapat dicapai bila perawat menaruh minat  terhadap pasien tanpa membedakan status sosial ekonominya. 
3.2        Saran
Perawat  agar meningkatkan kemampuannya tidak hanya dalam bidang pengobatan  medis tetapi juga dalam pengobatan yang bersifat psikologi atau  emosional.
 DAFTAR PUSTAKA
www.google.co.id

 
 

 




0 komentar:
Posting Komentar